Rabu, 02 Juni 2010

Bingung Seorang I

Bulan terus menangis, padahal mereka yang sudah mati di tembaki tangan israel tak kan pernah kembali.



Iqbal H Saputra


Jogja, 2010

Tengoklah Halaman Rumahku Masih Dipenuhi Para Gelandangan Yang Tertidur.


Mereka berpesta malam tadi.

Rancak benar.


Alunan musik yang bingar dari usus mereka membuatku tak nyaman tidur.


Sebenarnya aku ingin marah, tapi tak kuasa mendengar ingin seorang anak kecil yang sempat aku marahi.


"Tolonglah, sekali ini saja. pun semisal kau merasa terganggu, bersabarlah, Tuan, hanya malam ini saja."



Inginku usir rasanya. Tapi aku tak tega membangunkan mereka, Kawan.


Aku melihat mereka masih pulas sangat.


Aku rasa mereka sedang bermimpi, Kawan.


Atau mungkin sedang senyum menahan perih.


Entahlah.


Sulit benar aku membedakan antara sakit dan senyum mereka. Semua tampak sama.



Iqbal H Saputra.


Jogja, 2010

Seorang Yang Jatuh Cinta


Aku masih menggelepar dalam matamu. Ku mohon, jangan kedipkan dulu.


Biarkan aku menikmati segala ini meski sekejap saja.


Izinkan aku berenang sebentar.


Izinkan jua aku membawa beberapa bulir air matamu.


Kan ku jadikan hujan di gersangnya rindu.



Iqbal H Saputra.

Jogja, 2010.

percakapan seorang


Semoga malam ini bulan tetap bertengger di ranting malam.


Sebab aku tinggal seorang.


Kawanku pergi berlayar bersama rekan lainnya.


Mereka kini menerjang badai sebenarnya.


lembut peluru Israel telah menghujam dan mengirim mereka ke tanah pengasingan.



Iqbal H Saputra

Jogja, 2010

Selasa, 01 Juni 2010

Lejuk


anak-anak bermain petak umpat

berlari kejaran mencari kawan

berteriak ke sana, jua ke sini

satu menjaga gedung kaleng

lainnya berlari menyembunyikan diri


"sikok, duaq, tige, empat,...,...,sepuloh

la ke? la, ke?

mun la ku kejar, mun lum ku diam"


sekitar hening menjadi tegang

setiap gerak dan nafas adalah langkah

mencari-cari selamat, menunggu-sungguh sempat

untuk keluar dari lakon pengejaran

untuk bersua kaleng kemenangan


mata waspada jiwa meresah

ada rindu di tanah hatiku

seperti dulu begalor di tanah lapang

menunggu giliran untuk di selamatkan



"Pancak...pancak...pancak...."


Iqbal H Saputra

Jogjakarta, 01 Juni 2010